Spesies ini dapat ditemui di Indonesia dan Malaysia. Habitat alaminya adalah sungai dan hutan tropis atau subtropis yang lembab di dataran rendah. Katak ini terancam karena kehilangan habitat.
Ciri
Tiga spesimen A. latidasca yang ada berukuran kecil, dengan panjang antara 30 hingga 50 mm
Mereka punya kaki kurus panjang dan kulit belakang berwarna hijau terang, ungu dan merah.
Bintik-bintik berwarna pada kulit belakang itu tidak rata tetapi "berkerikil" dan mirip kutil. Ahli amfibi Robin Moore memberitahu National Geographic bahwa kulit semacam itu "biasanya merupakan tanda-tanda adanya kelenjar racun."
Herpetolog Indraneil Das, pemimpin tim yang menemukan kembali katak ini, menjuluki pewarnaannya "seperti lumut" dan menyatakan bahwa hal tersebut mungkin merupakan adaptasi untuk berkamuflase di kulit pohon berlumut
Status konservasi dan penemuan kembali
Menurut daftar Global Search for Lost Amphibians yang dibuat oleh Conservation International pada tahun 2010, katak A. latidasca merupakan salah satu dari 10 katak yang paling dicari di dunia. Katak ini sudah tidak terlihat semenjak tahun 1924
Sebelum ditemukan kembali, gambaran tentang katak ini diperoleh dari spesimen yang dikumpulkan pengelana pada tahun 1920-an.
Pada Juli 2011, ilmuwan dari Universitas Malaysia Sarawak yang dipimpin oleh Dr. Indraneil Das menemukan dan mengambil gambar tiga spesimen di Gunung Penrissen, Sarawak Barat.[
Para ilmuwan menolak memberi tahu letak pasti si katak karena takut disalahgunakan oleh pemburu gelap dan penjual binatang peliharaan internasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar